Jumat, 31 Oktober 2014

Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum

BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum




Disusun oleh kelompok 3
Nama                                                NPM
·        Desva Ariasanti                          211 3039
·        Desti Herawati                            211 3058
·        Hanna Pipit Dyah Adinda           211 3046

Dosen pengampu :
Eka Sari, M.Pd

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
(STKIP PGRI) LUBUK LINGGAU
TAHUN AKADEMIK 2014/2015



KATA PENGANTAR

            Puji dan syukur kami selaku penulis panjatkan ke hadirat Tuhan yang maha Esa, karena berkat Rahmat dan Hidayah-nya lah sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Di dalam makalah ini penulis membahas mengenai Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum.
            Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memahami lebih dalam mengenai Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum sehingga dapat membantu pembaca dalam menyelesaikan masalah-masalah yang berkaitan dengan kurikulum.
            Melalui kata pengantar ini penulis ingin memohon maaf apabila dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan atau penulisan yang kurang tepat pada isi makalah. Dengan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada pembaca dan semoga makalah ini dapat memberikan manfaat pada kita semua.



Lubuk Linggau, 23 september 2014


Penulis                        





DAFTAR ISI

KATAPENGANTAR
DAFTARISI 
BAB I PENDAHULUAN
             1.1  Latar Belakang
             1.2  Rumusan Masalah 
             1.3  Tujuan Penulisan 
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kurikulum 
2.2 Landasan Kurikulum 
2.3 Komponen Kurikulum 
2.4 Prinsip-prinsip Pengembangan Kurikulum
BAB III PENUTUP
3.1Kesimpulan 
3.2 Kritik danSaran 
DAFTARPUSTAKA








BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Kurikulum memiliki kedudukan yang penting dalam pendidikan dikarenakan berkaitan dengan penentuan arah, isi dan proses pendidikan yang pada akhirnya menentukan macam dan kualifikasi lulusan suatu lembaga pendidikan.
Kurikulum menyangkut rencana dan pelaksanaan pendidikan baik dalam lingkup kelas, sekolah, daerah, wilayah maupun nasional.
Kurikulum sebagai suatu rancangan dalam pendidikan memiliki posisi yang strategis, karena seluruh kegiatan pendidikan bermuara kepada kurikulum. Begitu pentingnya kurikulum sebagaimana sentral kegiatan pendidikan, maka didalam penyusunannya memerlukan landasan atau fondasi yang kuat.
Melalui pemikiran dan penelitian secara mendalam dan mengingat pentingnya peranan kurikulum dalam dunia pendidikan, maka penulis merasa perlu untuk membahas dasar-dasar pengembangan kurikulum itu sendiri.

1.2  Rumusan Masalah
Adapun masalah-masalah yang akan dibahas pada makalah ini, yaitu :
1.      Apa pengertian kurikulum ?
2.      Apa landasa-landasan kurikulum ?
3.      Apa komponen-komponen kurikulum ?
4.      Apa prinsip-prinsip pengembangan kurikulum ?

1.3  Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1.      Untuk mengetahui pengertian dari kurikulum
2.      Untuk mengetahui landasan-landasan kurikulum
3.      Untuk mengetahui komponen-komponen kurikulum
4.      Untuk mengetahui prinsip-prinsip pengembangan kurikulum




BAB II
PEMBAHASAN
Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum

2.1 Pengertian Kurikulum
            Istilah “kurikulum” memiliki berbagai tafsiran yang dirumuskan oleh pakar-pakar dalam bidang pengembangan kurikulum sejak dulu sampai dengan saat ini. Tafsiran-tafsiran tersebut berbeda-beda satu dengan yang lainnya sesuai dengan titik berat inti dan pandangan dari pakar bersangkutan. Kurikulum dapat diartikan sebagai jangka waktu pendidikan yang harus ditempuh oleh siswa yang bertujuan untuk memperoleh ijazah.
Secara etimologis, istilah kurikulum (curriculum) berasal dari bahasa yunani, yaitu curir yang artinya “pelari” dan curere yang berarti “tempat berpacu”. Dalam bahasa Prancis, istilah kurikulum berasal dari kata courier yang berarti berlari (to run). Istilah kurikulum pertama kali digunakan pada dunia olah raga, terutama dalam bidang atletik pada zaman Romawi Kuno di Yunani. Kurikulum diumpamakan seperti suatu jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari dari garis start sampai dengan garis finish untuk memperoleh medali atau penghargaan. Jarak yang harus ditempuh tersebut kemudian diubah menjadi program sekolah dan semua orang yang terlibat di dalamnya.
Adapun pengertian kurikulum menurut UU No. 20 Tahun 2003, Kurikulum dapat diartikan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.

Selain itu dibawah ini adalah pengertian kurikulum yang dikemukakan oleh beberapa ahli.
  • Pengertian Kurikulum Menurut Kerr, J. F (1968) : Kurikulum adalah semua pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan secara individu ataupun secara kelompok, baik di sekolah maupun di luar sekolah.
  • Pengertian Kurikulum Menurut Inlow (1966) : Kurikulum adalah usaha menyeluruh yang dirancang oleh pihak sekolah untuk membimbing murid memperoleh hasil pembelajaran yang sudah ditentukan.
  • Pengertian Kurikulum Menurut Neagley dan Evans (1967) : kurikulum adalah semua pengalaman yang dirancang dan dikemukakan oleh pihak sekolah.
  • Pengertian Kurikulum Menurut Beauchamp (1968) : Kurikulum adalah dokumen tertulis yang mengandung isi mata pelajaran yang diajar kepada peserta didik melalui berbagai mata pelajaran, pilihan disiplin ilmu, rumusan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
  • Pengertian Kurikulum Menurut Good V. Carter (1973) : Kurikulum adalah kumpulan kursus ataupun urutan pelajaran yang sistematik.

2.2 Landasan Kurikulum
             A.    Landasan filosofis
Kata filsafat berasal dari bahasa yunani kuno, yaitu philosophia (phiilore = cinta, senang, suka, dan sophia = kebaikan atau kebenaran). Menurut asal katanya, filsafat berarti cinta akan kebenaran. Orang yang berfilsafat adalah orang yang senang dengan kebenaran. Dengan demikian, filsuf adalah orang yang cinta akan kebenaran, berusaha untuk mendapatkannya, memusatkan perhatian padanya, dan menciptakan sifat positif terhadapnya. Filsuf juga mencari hakikat sesuatu, berusaha menghubungkan antara sebab dan akibat serta melakukan penafsiran atas pengalaman-pengalaman manusia. Berfikir filsafat berarti berfikir secara menyeluruh, sistematis, logis, dan radikal.
Para ahli fiilsafat membagi ruang lingkup filsafat berbeda-beda. Ruang lingkup filsafat adalah segala sesuatu lapangan pemikiran manusia yang amat luas, segala sesuatu yang mungkin ada dan benar-benar nyata (terlihat), baik material konkret maupun non material abstrak (tidak terllihat). Meskipun demikian, Will Durant dalam Hamdani Ali (1990) membagi ruang lingkup filsafat sebagaii berikut :       
  1. Logika, yaitu studi tentang metode-metode ideal mengenai berpikir dan meneliti dalam melakukan observasi, intropeksi, deduksi, dan induksi, hipotesis dan analisis.
  2. Estetika, yaitu studi tentang bentuk dan keindahan atau kecantikan yang sesungguhnya dan merupaka filsafat mengenai kesenian..
  3. Etika, yaitu studi tentang tingkah laku yang terpuji dan dianggap sebagai ilmu pengetahuan yang nilainya tinggi.
  4. Politik, yaitu studi tentang organisasi sosial yang utama seperti monarki, aristokrasi, demokrasi sosialisme, marksisme, dan feminisme sebagai ekspresii aktual filsafat politik.
  5. Metafisika, yaitu studi tentang realita tertinggi dari hakikat semua benda, nyata dari benda, dan dari akal pikiran manusia.

Secara umum, ruang lingkup filsafat adalah semua permasalahan kehidupan manusia, alam semesta, dan sekitarnya. Sedangkan secara khusus, ruang lingkup filsafat pendidikan adalah semua upaya manusia untuk memahami hakikat pendidikan, bagaimana melaksanakan pendidikan, dan bagaimana upaya mencapai tujuan pendidikan.
Ada beberapa teori kebenaran menurut pandangan filsafat dalam bidang ontologi, epistemologi, dan aksiologi, yaitu :
    1.     Ontologi, yaitu ilmu hakikat. Di dalam pendidikan, pandangan ontologi menjadi fokus utama karena peserta didik bergaul dengan lingkungannya dan mempunyai dorongan yang kuat untuk mengerti sesuatu
    2. Epistemologi, yaitu pengetahuan yang berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan, seperti apakah pengetahuan dan bagaimana cara manusia memperoleh pengetahuan.
    3. Aksiologi, yaitu niai-nilai seperti baik, indah, bagus dan sebagainya.

             B.     Landasan Psikologis
Dalam proses pemmbelaaran juga terjadi interaksi yang bersifat multiarah antar peserta didik dan pendidik. Dalam pengembangan kurikulum, diperlukan dua landasan psikologi, yaitu psikologi belajar dan psikologi perkembangan. Kedua landasan ini dianggap penting terutama dalam memilih dan menyusun isi kurikulum, proses belajar dan hasil belajar yang diinginkan.
                        1.      Psikologi Belajar
Psikologi belajar merupakan ilmu yang mempelajari tentang bagaimana peserta didik melakukan perbuatan belajar. Belajar dapat diartikan sebagai suatu proses perubahan tingkah laku karena interaksi individu dengan lingkungan yang berupa pengetahuan, keterampilan, sikap, atau nilai-nilai.
                        2.      Psikologi Perkembangan
Untuk menjadi manusia terdidik, tentu peserta didik tidak hanya dengan mengikuti mengikuti pendidikan formal saja, namun harus bertopang dengan pendidikan nonformal dan informal seperti pendidikan agama, kejuruan, teknologi, bahasa, dan seni yang sesuai dengan aspek-aspek yang terkandung dalam tujuan pendidikan nasional. Seseorang dapat menjadi manusia terdidik apabila ia sudah mencapai kematangan melalui kehidupan orang dewasa dan kedalaman pengalaman.

             C.     Landasan Sosiologis
Salah satu tujuan pendidikan adalah untuk mempersiapkan peserta didik hidup dalam kehidupan masyarakat. Asumsinya adalah peseerta didik berasal dari masyarakat, dididik oleh masyarakat, dan harus kembali ke masyarakat. Ketika peserta didik kembali ke masyarakat tentu harus dibekali dengan sejumlah kompetensi sehingga ia dapat berbakti dan berguna bagi masyarakat, seperti pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai yang diperoleh peserta didik melalui berbagai kegiatan dan pengalaman belajar di sekolah. Berdasarkan alur pemikiran ini, maka sangat logis jika pengembangan kurikulum berlandaskan pada kebutuhan masyarakat. Berdasarkan pemikiran lain adalah kurikulum merupakan bagian dari pendidikan dan pendidikan merupakan bagian dari masyarakat. Dengan demikian, sangat  wajar apabila pengembangan kurikulum harus memperhatikan kebutuhan masyarakat dan harus ditunjang oleh masyarakat.
Pendidikan bukan hanya mengembangkan aspek pengetahuan saja, tetapi juga keterampilan, kecakapan, sikap, dan nilai-nilai serta tanggung jawab agar peserta didik menjalankan fungsi dan peran sosialnya. Berkaitan dengan hal tersebut maka dalam kurikulum 1984 dan kurikulum 1994, dikembangkan sebbbuah konseep yang disebut dengan muatan lkal, kemudian diseempurnakan lagi dalam kurikulum 2004 yang disebut dengan kecakapan hiidup. Hal ini menunjukkan bahwa kurikulum di Indonesia berorientasi pada pola kehidupan masyarakat. 

                   1.      Masyarakat sebagai Suatu Sistem
Pada dasarnya, masyarakat adalah suatu sistem yang memiliki tiga subsistem, yaitu subsistem budaya, subsistem sosial, dan subsistem kepribadian.sistem budaya berisi nilai-nilai, norma, pengetahuan dan kepercayaan atau keyakinan hidup yang dianut bersama. Indonesia yang berdasarkan pancasila memiliki ragam agama dan aliran kepercayaan, meskipun mayoritas penduduknya beragama islam, tetapi dalam kehidupan sehari hari mereka tetap menghormati pemeluk agama lain.

                   2.      Pendidikan sebagai Pranata Sosial
Pranata dapat diartikan sebagai lembaga (intitution). Pendidikan sebagai pranata sosial berarti pendidikan sebagai lembaga sosial. Theodorson G.A. (1969) menjelaskan social institution is an interrelated system of social roles and norms organized about the satisfaction of an imporrtant social need or functioon (Institusi sosial adalah suatu sistem peran dan norma sosial yang saling berhubungan dan terorganisasi di sekitar pemenuhan kebutuhan atau fungsi sosial yang penting).

                  3.      Pendidikan dan Kehidupan Ekonomi
Banyak hasil penelitian yang menunjukkan terdapat korelasi yang positif dan signifikan antara tingkat pendidikan dengan kehidupan ekonomi. Artinya, semakin tinggi tingkat pendidikan maka makin tinggi pula tingkat kehidupan ekonomi. Persoalannya adalah variabel mana yang paling muncul terlebih dahulu, apakah variabel perkembangan pendidikan yang menyebabkan pertumbuhan ekonomi ataukah sebaliknya. Banyak bukti kuat yang menunjukkan antara kedua variabel tersebut terdapat hubungan yang saling mempengaruhi. Pertumbuhan pendidikan dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, begitu juga sebaliknya. Fungsi utama pendidikan adalah mempersiapkan generasi muda untuk mengisi lapangan kerja yang produktif, seperti pegawai negeri, berdagang, mengelola yayasan pendidikan, bertani, beternak, dan sebagainya. Untuk itu, pengembangan kurikulum harus dapat mencapai berbagai tujuan pendidikan sesuai dengan berbagai jenis lapangan pekerjaan yang produktif dan menyediakan tenaga ahli dalam berbagai bidang keahlian.

                  4.      Pendidikan dan Perubahan Sosial
Pada awal abad ke-20, masyarakat dunia sudah berpikir maju, perubahan merupakan hal yang tidak dapat ditawar lagi, sudah menjadi harga mati. Tak ada seorang pun dari masyarakat yang tidak menginginkn perubahan, baik dari segi struktur sosialnya maupun dalam interaksi antar anggota masyarakat. Struktur sosial meliputi pola pengaturan status dan peran-peran yang berkaitan satu sama lain, sedangkan interaksi sosial adalah proses saling berhubungan dan saling mempengaruhi antara seorang warga dengan warga lainnnya. Isu perubahan banyak juga digunakan dalam rangka promosi suatu jabatan mulai dari pemilihan ketua rukun warga (RW) sampai dengan pemilihan calon pejabat politis. Artinya, perubahan bukan saja menjadi milik masyarakat disuatu daerah melainkan milik masyarakat nasional bahkan dunia. Buktinya, hampir setiap pemilihan calon presiden di setiap negara selalu mengangkat isu tentang perubahan. Tentu saja, isu perubahan yang diangkat bukan saja perubahan sosial melainkan semua sendi kehidupan.

                  5.      Pendidikan di Lingkungan Keluarga
Para ahli pendidikan kontemporer mengakui bahwa pendidikan berlangsung seumur hidup. Para ahli pendidikan juga mengakui peran penting pendidikan formal, nonformal, dan informal. Hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan, yaitu untuk membentuk pribadi yang terintegrasi dan holistik sesuai dengan standar kompetensi lulusan yang telah ditetapkan. Hasil dari suatu proses pendidikan dimanapun tempatnya, harus mencakup domain kognitif, afektif, dan psikomotor. Jadi, di lingkungan pendidikan manapun, proses sosialisasi pasti ada, perbedaannya hanya terletak soal ruang lingkup, waktu, tempat, dan aturan.

             D.    Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Kata “ilmu” berasal dari bahasa arab (‘alama) yang berarti pengetahuan. dalam bahasa Indonesia, kata “ilmu” sering diidentikkan dengan sains yang berarti ilmu, bahkan sering di satukan  dengan kata ‘’pengetahuan’’ menjadi ilmu pengetahuan. Pada awalnya, manusia mencari ilmu pengetahuan berdasarkan fakta yang terlepas –lepas, tidak sistematis dan teori yang tidak jelas. Sesuai dengan perkembangan kebudayaan, mulailah manusia menyusun teori tentang berbagai hal sesuai dengan fakta yang ada. Akhirnya, menjadi pengetahuan logis dan sistematis. Inilah yang disebut dengan ilmu peengetahuan.
Teknologi pada hakikatnya adalah ilmu pengetahuan. Teknologi memegang peranan penting dalam kehidupan budaya manusia. Salah satu indikator kemajuan peradaban manusia dapat diukur dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Implikasinya adalah pengembangan kurikulum harus dapat meningkatkan dan mengembangkan berpkir peserta didik untuk lebih banyak menghasilkan teknologi baru sesuai dengan perkembangan zaman dan karakteristik masarakat indonesia. Pengembangan kurikulum harus difokuskan pada kemampuan peserta didik untuk mengenali dan merevitalisasi produk teknologi yang telah lama dimanfaatkan oleh masarakat Indonesia sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi itu sendiri.  


2.3 Komponen- komponen Kurikulum
a.       Tujuan Kurikulum
     Tujuan kurikulum tiap satuan pendidikan harus menagacu ke arah pencapaian tujuan pendidikan nasional, sebagai mana telah ditetapkan dalam Undang-undang No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Kurikulum menyediakan kesempatan yang luas bagi peserta didik untuk mengalami proses pendidikan dan pembelajaran untuk mencapai target tujuan pendidikan nasional khususnya dan sumber daya manusia yang berkualitas umumnya.
         Tujuan Mata Ajaran. Mata ajaran dikelompokan menjadi beberapa bidang studi, yakni :
1)      Bidang studi Bahasa dan Seni
2)      Bidang studi Ilmu Pengetahuan Soaial
3)      Bidang studi Ilmu Pengetahuan Alam
4)      Bidang studi Pendidikan Jasmani dan Kesehatan
          Setiap bidang studi meliputi beberapa bidang tertentu. Mata ajaran mempunyai tujuan sendiri dan berbeda dengan tujuan yang hendak dicapai oleh mata ajaran lainnya. Tujuan mata ajaran merupakan penjabaran dari penjabaran dari tujuan kurikulum dalam rangka mencapai tujuan pendiidikan nasional.
b.      Materi Kurikulum
           Materi kurikulum pada hakikatnya adalah isi kurikulum. Dalam Undang –undang Pendidikan tentang  Sistem Pendidikan Nasional telah ditetapkan bahwa  “Isi kurikulum merupakan  bahan kajian dan pelajaran untuk mencapai tujuan penyelenggaraan satuan pendidikan yang bersangkutan dalam rangka upaya pencapaian tujuan prndidikan nasional”(Bab IX, Ps. 39).  Isi kurukulum dikembangkan dan disusun  berdasarkan prinsip-prinsi sebagai berikut :
1)      Materi kurikulum berupa bahan pembelajaran yang terdiri dari bahan kajian atau topik-topik  pelajaran  yang  dapat  dikaji oleh siswa.
2)      Materi kurikulum  mengacu  pada pencapaian tujuan masing-masing satuan pendidikan.
3)      Materi kurikulum diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Tujuan pedidikan nasional merupakan target tertinggi yang hendak dicapai melalui penyampaian materi kurikulum.
Materi kurikulum mengandung aspek-aspek tertentu sesuai dengan tujuan kurikulum, yang meliputi :
1)      Teori, adalah seperangkat konsep, defenisi dan preposisi yang saling berhubungan, yang menyajikan  pendapat sistematik tentang gejala menspesifikasi hubungan antara variable dengan maksud menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut.
2)      Konsep, adalah suatu  abstraksi yang dibentuk oleh generalisasi dari kekhususan-kekhususan.
3)      Generalisasi, adalah kesimpulan umum berdasarkan hal-hal yang khusus, bersumber dari analisis, pendapat atau pembuktian dalam penelitian.
4)      Prinsip, adalah ide utama, pola skema yang ada dalam materi yang mengembangkan hubungan antara beberapa konsep.
5)      Prosedur, adalah suatu  seri langkah-langkah yang berurutan dalam materi pelajaran yang harus dilakukan oleh siswa.
6)      Fakta, adalah sejumlah informasi khusus dalam materi yang dianggap penting.
7)      Istilah, adalah kata-kata perbendaharaan yang baru dan khusus yang diperkenalkan dalam materi.
8)      Contoh atau Ilustrasi, adalah suatu hal atau tindakan yang bertujuan untuk memperjelas suatu uraian atau pendapat.
9)      Defenisi, adalah penjelasan tentang makna atau pengertian tentang suatu hal/suatu kata dalam garis besarnya.
10)   Preposisi, adalah suatu pernyataan atau theorem, atau pendapat yang tak perlu diberi argumentasi.

c.       Metode
           Metode adalah cara yang digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran dalam upaya mencapai tujuan kurikulum. Metode dilaksanakan melalui prosedur tertentu. Metode atau strategi pembelajaran menepati fungsi yang penting dalam kurikulum, karena memuat tugas yang harus dikerjakan oleh siswa dan guru. Karena itu penyusunannya berdasarkan analisa tugas yang mengacu pada tujuan  kurikulum dan berdasarkan perilaku awal siswa. Ada tiga alternatif pendekatan yang dapat digunakan yakni :
1)      Pendekatan yang berpusat pada mata pelajaran, di mana materi pembelajaran terutama bersumber dari mata ajaran. Penyampaiannya dilakukan melalui komunikasi antara guru dan siswa.
2)      Pendekatan yang berpusat pada siswa. Pembelajaran dilaksanakan berdasarkan kebutuhan, minat dan kemampuan siswa.
3)      Pendekatan yang berorientasi pada kehidupan masyarakat. Bertujuan mengintegrasikan sekolah dan masyarakat dan untuk memperbaiki kehidupan masyarakat.

d.      Organisasi Kurikulum
         Organisasi kurikulum terdiri dari beberapa bentuk, yang masing-masing memiliki cirri-cirinya sendiri.
1)      Mata Pelajaran Terpisah-pisah (isolatedsubjects)
Kurikulum terdiri dari sejumlah mata ajaran yang terpisah-pisah, seperti : Sejarah, Ilmu Pasti, Bahasa Indonesia dan sebagainya.
2)      Mata Ajaran Berkorelasi (correlated)
Korelasi diadakan sebagai upaya untuk menurangi kelemahan-kelemahan sebagai akibat pemisahan mata ajaran. Prosedur yang ditempuh ialah menyampaikan pokok-pokok yang saling berkorelasi guna memudahkan siswa memahami pelajaran tersebut.
3)      Bidang Studi (broadfield)
Beberapa ajaran yang sejenis memiliki cirri-ciri yang sama difungsikan dalam satu bidang pengajaran, misalnya bidang studi Bahasa Indonesia meliputi membaca, bercerita, mengarang, dan sebagainya.
4)      Program yang Berpusat pada Anak (childecentered program)
Program ini adalah orientasi baru dimana kurikulum dititikberatkan pada kegiatan peserta didik, bukan pada mata ajaran. Guru menyiapkan program yang meliputi kegiatan-kegiatan yang menyajikan kehidupan anak.
5)      Core program
Core artinya inti atau pusat. Core program adalah suatu program inti berupa suatu unit atau masalah. Masalah itu diambil dari suatu mata ajaran tertentu.
6)      Eclectic program
Eclectic program adalah suatu program yang mencari keseimbangan antara organisasi kurikulum yang berpusat pada mata ajaran dan yang berpusat pada peserta didik.

e.       Evaluasi
          Evaluasi merupakan suatu komponen kurukulum, karena kurikulum adalah pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar. Dengan evaluasi dapat diperoleh informasi yang akurat tentang penyelenggaraan pembelajaran dan keberhasilan belajar siswa. Aspek-aspek yang perlu dinilai bertitik tolak dari aspek-aspek tujuan yang hendak dicapai,baik tujuan kurikulum, tujuan pembelajaran dan tujuan belajar siswa.  Jenis penilaian yang  dilaksanakan tergantung pada tujuan diselenggarakannya penilaian tersebut. Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh suatu instrumen penilaian, ialah validitas, reabilitas, objektivitas, kepraktisan.


       2.4  Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum
            Agar kurikulum dapat berfungsi sebagai pedoman, maka ada sejumlah prinsip dalam proses pengembangannya. Oemar Hamalik (2007) membagi prinsip pengembangan kurikulum menjadi delapan macam, antara lain:
1.      Prinsip Berorientasi Pada Tujuan
Pengembangan kurikulum diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu, yang bertitik tolak dari tujuan pendidikan Nasional. Tujuan kurikulum merupakan penjabaran dan upaya untuk mencapai tujuan satuan dan jenjang pendidikan tertentu. Tujuan kurikulum mengadung aspek-aspek pengetahuan, ketrampilan, sikap dan nilai. Yang selanjutnya menumbuhkan perubahan tingkah laku peserta didik yang mencakup tiga aspek tersebut dan berkaitan dengan aspek-aspek yang terkandung dalam tujuan pendidikan nasional.
2.      Prinsip Relevansi (Kesesuaian)
Pengembanga kurikulum yang meliputi tujuan, isi dan sistim penyampaian harus relevan (sesuai) dengan kebutuhan dan keadaan masyarakat, tingkat perkembangan dan kebutuhan siswa, serta serasi dengan perkembnagan ilmu pengetahuan dan teknologi.
3.      Prinsip Efisiensi dan Efektifitas.
Pengembangan kurikulum harus mempertimbangkan segi efisien dan pendayagunaan dana, waktu, tenaga, dan sumber-sumber yang tersedia agar dapat mencapai hasil yang optimal. Dana yang terpat harus digunakan sedemikina rupa dalam rangka mendukung pelaksanaan pembelajaran. Waktu yang tersedia bagi siswa belajar disekolah juga terbatas sehingga harus dimanfaatkan secara tepat sesuai dengan tata ajaran dan bahan pembelajaran yang diperlukan. Tenaga disekolah juga sangat terbatas, baik dalam jumlah maupun dalam mutunya, hendaknya didaya gunakan secara efisien untuk melaksanakan proses pembelajaran. Demikian juga keterbatasan fasilitas ruangan, peralatan, dan sumber kerterbacaan, harus digunakan secara tepat oleh siswa dalam rangka pembelajaran, yang semuanya demi meningkatkan efektifitas atau keberhasilan siswa.
4.      Prinsip Fleksibilitas
Kurikulum yang luwes mudah disesuaikan, diubah, dilengkapi atau dikurangi berdasarkan tuntutan dan keadaan ekosistem dan kemampuan setempat, jadi tidak statis atau kaku. Misalnya dalam suatu kurikulum disediakan program pendidikan ketrampilan industri dan pertanian. Pelaksanaaan di kota, karena tidak tersedianya lahan pertanian., maka yang dialaksanakan program ketrampilan pendidikn industri. Sebaliknya, pelaksanaan di desa ditekankan pada program ketrampilan pertanian. Dalam hal ini lingkungan sekitar, keadaaan masyarakat, dan ketersediaan tenaga dan peralatan menjadi faktor pertimbangan dalam rangka pelaksanaan kurikulum.
5.      Prinsip Kontiunitas
Kurikulum disusun secara berkesinambungan, artinya bagian-bagian, aspek-spek, materi, dan bahan kajian disusun secara berurutan, tidak terlepas-lepas, melainkan satu sama lain memilik hubungan fungsional yang bermakna, sesuai dengan jenjang pendidikan, struktur dalam satuan pendidikn, tingkat perkembangan siswa. Dengan prinsip ini, tampak jelas alur dan keterkaitan didalam kurikulum tersebut sehingga mempermudah guru dan siswa dalam melaksanakan proses pembelajaran.
6.      Prinsip Keseimbangan
Penyusunan kurikulum memerhatikan keseimbangan secara proposional dan fungsional antara berbagai program dan sub-program, antara semua mata ajaran, dan antara aspek-aspek perilaku yang ingin dikembangkan. Keseimbangan juga perlu diadakan antara teori dan praktik, antara unsur-unsur keilmuan sains, sosial, humaniora, dan keilmuan perilaku. Dengan keseimbangan tersebut diaharapkan terjalin perpaduan yang lengkap dan menyeluruh, yang satu sama lainnya saling memberikan sumbangan terhadap pengembangan pribadi.
7.      Prinsip Keterpaduan
Kurikulum dirancang dan dilaksanakan berdasarkan prinsip keterpaduan, perencanaan terpadu bertitik tolak dari masalah atau topik dan konsistensi antara unsur-unsusrnya. Pelaksanaan terpadu dengan melibatkan semua pihak, baik di lingkungan sekolah maupun pada tingkat intersektoral. Dengan keterpaduan ini diharapkan terbentuk pribadi yang bulat dan utuh. Diamping itu juga dilaksanakan keterpaduan dalam proses pembalajaran, baik dalam interaksi antar siswa dan guru maupun antara teori dan praktek.

8.      Prinsip Mutu
Pengembangan kurikulum berorientasi pada pendidikan mutu, yang berarti bahwa pelaksanaan pembelajaran yang bermutu ditentukan oleh derajat mutu guru, kegiatan belajar mengajar, peralatan atau media yang bermutu. Hasil pendidikan yang bermutu diukur berdasarkan kriteria tujuan pendidikan nasional yang diaharapkan.




BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
            Kurikulum memiliki peranan yang sangat penting di  dalam dunia pendidikan, karena kurikulum berkaitan dengan penentuan arah, isi dan proses pendidikan yang pada akhirnya menentukan macam dan kualifikasi lulusan suatu lembaga pendidikan. Kurikulum juga menentukan sukses atau tidaknya penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.
Kurikulum tentunya memiliki dasar-dasar dalam pengembangannya. Diantaranya ada pengertian dari kurikulum itu sendiri, landasan-landasan kurikulum, komponen-komponen yang terdapat di dalam kurikulum serta prinsip-prinsip yang terkandung di dalam pengembangan kurikulum.

3.2 Kritik dan Saran
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat membantu dan memberikan manfaat kepada pembaca. Kritik yang membangun tentu sangat kami harapkan guna memperbaiki dan menyempurnakan kembali isi makalah.



DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zainal. (2011), Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum, Bandung : PT Remaja  Rosdakarya.
Hamalik, Oemar. (2007), Dasar Pengembangan Kurikulum, Jakarta : Bumi Aksara.
Sanjaya, Wina. (2008), Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta : Kencana Prenada Media Group.
Sukmadinata, Nana Syaodih. (1997), Pengembangan Kurikulum, Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
http://www.pengertianahli.com./2013/09/pengertian-kurikulum-menurut-para-ahli.html. (2013), Pengertian Kurikulum Menurut Para Ahli, Lubuk Linggau.